Senin, 20 Juni 2011


Waktu
-buat kawan

Malam ini kau lemparkan
ribuan anak-anak panah kehilangan
menembus jauh ke dasar gua dadaku

Barangkali jika kau mengerti, aku mengerti pula
Perasaanmu kepadaku

Barangkali kita memang sama-sama mau
saling mencintai

Cuma waktu belum merestui

Yogyakarta, April 2011


Cahaya Matamu
  
Kau tahu, yang paling aku khawatirkan darimu
Adalah kesedihan yang berjuta hari tumpah
setelah cahaya matamu berhenti menetes ke daun hatiku

Kesedihan yang tiba-tiba turun dari langit, mengguyur jiwamu.
Dan setelah itu tidak terbit lagi matahari 
dari dadamu                                                 

Sebab Tika, hanya cintamulah yang ingin benar-benar kudekap.


Yogyakarta, April 2011




Requiem

Setiap raga selalu menyimpan tumpukan
riwayat kelam
di dadanya.

Pernah merayapi hari-hari
tanpa matahari di sudut perasaannya

Dingin dan matanya begitu muram

“Mungkin, mengenang adalah mengubur
kepingan-kepingan masa silam.”

Bisikmu
sambil menumpahkan bulir-bulir mutiara
dari penjuru mata


Yogyakarta, Maret 2011