Ingin kudengar suara paling sunyi
Di sudut bumi. Tapi Viola,
apakah malam-malammu pernah sesunyi ini
Di udara, angin membeku. pohonan membisu
kelam tidak membisikan apa-apa
Malam tidak mendesah, gerimis enggan tumpah
Juli, 2011
Kamis, 21 Juli 2011
SEPI MERASUKI TUBUH DAUNAN
Apalagikah yang mesti datang setelah angin senja menampar wajahku
Dinding-dinding terlalu angkuh untuk menjadi karibku
Tas, ransel, jins, dan kemeja begitu setia mencium dinding sepanjang masa
Sedang aku di sudut kamar, mencatat gerimis yang tidak turun
seperti menulis surat cinta untuk perempuan tak bernama
Senja ini langit tidak semerah saga lagi
Daun-daun menari-nari di hadapanku
seperti mengerti kecemasanku, “kemari nak, temani kesepianku”
tanganku telah membeku sebelum mampu menyentuh wajah daun itu
apalagikah yang mesti datang setelah langit menghitam
dan matahari telah padam
Yogyakarta, Juli 2011
Dinding-dinding terlalu angkuh untuk menjadi karibku
Tas, ransel, jins, dan kemeja begitu setia mencium dinding sepanjang masa
Sedang aku di sudut kamar, mencatat gerimis yang tidak turun
seperti menulis surat cinta untuk perempuan tak bernama
Senja ini langit tidak semerah saga lagi
Daun-daun menari-nari di hadapanku
seperti mengerti kecemasanku, “kemari nak, temani kesepianku”
tanganku telah membeku sebelum mampu menyentuh wajah daun itu
apalagikah yang mesti datang setelah langit menghitam
dan matahari telah padam
Yogyakarta, Juli 2011
SETELAH MENGECUP KENINGMU
Mungkin bintang-bintang sedang sembahyang
Atau barangkali sedang terlelap didekap malam
kutulis sebuah sajak di atas selaput kesedihanmu
yang semakin tajam
Bintang-bintang tidak lagi menurunkan cahayanya kepangkuanku
Memaksaku merobek selembar sajak yang gagal kupahat
Dari deras hujan di matamu
Aku selalu ingin memelukmu setelah mengecup keningmu
Air matamu menetes dan mencium telapak tanganku
Yogyakarta, Juni 2011
Atau barangkali sedang terlelap didekap malam
kutulis sebuah sajak di atas selaput kesedihanmu
yang semakin tajam
Bintang-bintang tidak lagi menurunkan cahayanya kepangkuanku
Memaksaku merobek selembar sajak yang gagal kupahat
Dari deras hujan di matamu
Aku selalu ingin memelukmu setelah mengecup keningmu
Air matamu menetes dan mencium telapak tanganku
Yogyakarta, Juni 2011
Langganan:
Postingan (Atom)