Minggu, 02 Januari 2011

K


Usah kau teteskan kesedihan atau apapun yang mengemas
rasa kasihan, untuk merayakan kehancuranku
Meski dadaku tak henti bergetar
Diguncang gempa 100 skala richter, tadi malam

Dadaku hampir saja retak
Saat tiba-tiba hati merintih, lalu
meraung-raung menyebut namamu.

Kugali kembali segala yang tertimbun
di kedalaman jiwa,
barangkali disana ada huruf-huruf yang
mengukir namamu.

Dan kau, telah berulang kali
membenamkan perih ke dalam memar perasaanku

Dan perasaan, kenapa begitu setia mengubur luka
di dasar kalbu
Ah, betapa aku ingin menikam lehermu
dengan lidah dan bibirku



Yogyakarta, Desember, 2010
  
                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar